Pelatihan CPR dan AED, Bentuk Kepedulian Philips untuk Sesama
Kamis (14/09) lalu
Philips Indonesia kembali memberikan pelatihan pertolongan pertama seputar CPR (cardio
pulmonary resusitation) dan penggunaan AED (Automated External Defibrillator).
Pelatihan kali ini diperuntukkan kepada 40 peserta yang terdiri dari Kemenkes,
Yayasan Jantung Indonesia,wartawan, dan blogger dalam upaya menyebarkan
kesadaran tentang pentingnya CPR sebagai pertolongan pertama. Mendengar kata
CPR yang terlintas adalah pemberian pertolongan pertama kepada korban. Aku
pernah mengikuti pelatihan sejenis yang diadakan oleh AJI Indonesia sekitar 10
tahun lalu dengan tema wartawan di medan konflik. Yang memberikan pelatihan CPR
adalah seorang tentara Amerika dengan simulasi CPR dan juga simulasi sebagai
korban di medan konflik. Ternyata pedoman CPR yang kupelajari kini sudah
berubah mengikuti Pedoman CPR 2015 dengan konsep C-A-B (Chest compressions,
Airway, Breathing) dan sudah tidak perlu lagi memeriksa denyut nadi karena akan
menunda proses pertolongan pertama.
Tanggung jawab first aider antara lain harus mengamati
situasi dengan cepat dan aman, menjaga korban dari kemungkinan bahaya,
mengidentifikasi cedera/sakit, memberikan tindakan awal kepada korban,
kordinasi untuk membawa korban ke dokter atau RS terdekat, menjaga kondisi
korban sampai tim medis datang dan memberikan rincian keadaan korban kepada tim
medis.
Penting untuk BERANI dan
TIDAK PANIK dalam melakukan pertolongan pertama pada korban. Sebelum memberikan
CPR, first aider harus menelepon
ambulans, mencari kotak P3K dan ketersediaan AED di lapangan. Langkah
selanjutnya adalah memastikan kondisi aman untuk korban, diri kita sendiri
ataupun orang lain di sekitar. Cek respon korban dengan memanggil (cek verbal)
dan menepuk-nepuk bahu korban. Jika tidak ada respon juga kita cek pernafasan korban
dan jika tidak ada respon juga kita lakukan CPR.
Saat CPR standarnya kita harus memberikan pertolongan pertama sebanyak minimal 5 siklus (1 siklus: 30 kali cpr dan 2 kali bantuan nafas) sampai korban kembali bernafas. Jika sebelum 5 siklus korban sudah menunjukkan reaksi seperti wajah meringis karena kesakitan maka kita harus berhenti melakukan cpr. Jika sebelum 5 siklus ada muntah maka kita harus segera miringkan tubuh korban dan membersihkan sisa muntahan lalu melanjutkan kembali CPR sampai korban kembali bernafas dan sampai bantuan tim medis datang. Jangan lupa untuk mengingat yang sudah kita lakukan saat pertolongan pertama untuk keterangan dan juga mencoba kumpulkan data korban dari orang sekitar. Hal ini diperlukan oleh tim medis yang akan segera menangani.
Pedoman CPR 2010
30 penekanan dada dengan
kecepatan minimal 100kali/menit dengan kedalaman tekanan minimal 5cm pada
dewasa dan anak, sedangkan pada bayi min. 4cm dengan 2 kali bantuan nafas
normal.
Pedoman CPR 2015
30 penekanan dada dengan
kecepatan minimal 100-120 kali/menit dengan kedalaman tekanan min. 5-6 cm untuk
dewasa, 5 cm untuk anak dan 4 cm untuk bayi dengan 2 kali bantuan nafas normal.
Philips Indonesia sebagai
bagian dari Royal Philips (perusahaan teknologi kesehatan terkemuka)
menghadirkan pelatih dari Medic One yang sudah berpengalaman lebih dari 30
tahun di Asia Pasifik. "Dalam pelatihan kita diajarkan untuk melakukan
teknik dasar CPR yang mereplikasi pernapasan vital dan fungsi detak jantung. Di
Philips, kami ingin mendukung lebih banyak orang untuk mampu menjadi penyelamat
dan menginspirasi orang lain untuk menjadi first-responder," ujar Suryo
Suwignjo Presiden Direktur Philips Indonesia.
First responder atau First Aider
lebih awam dikenal sebagai penolong pertama untuk kondisi gawat darurat
khususnya kondisi tidak sadarkan diri. Dalam masyarakat terdapat Sistem EMS
(Emergency Medical Services) yang berisi jaringan komunitas dengan personil
medis untuk memberikan pertolongan pertama. First
aider banyak berkontribusi dalam sistem EMS. Golden Period adalah masa yang
penting untuk melakukan pertolongan pertama. Golden period yang dimaksudkan
adalah 10 menit pertama saat korban berhenti bernafas. Lebih dari 10 menit kita
tidak segera melakukan pertolongan pertama dikhawatirkan akan terjadi kerusakan
pada otak.
![]() |
Buku Pedoman CPR - doc.pribadi |
Dalam pelatihan kali ini
simulasi dilakukan untuk korban yang tidak sadarkan diri dengan penyebab
Serangan Jantung (heart attack), pingsan, atau Henti Jantung Mendadak (sudden
cardiac arrest) yang merupakan sillent
killer karena bisa datang kapan saja dan dimana saja. Pertolongan pertama
yang cepat pada CPR dapat meningkatkan peluang hidup korban. Di Indonesia
diperkirakan ada 10 ribu orang per tahunnya (30 orang per hari) yang mengalami
henti jantung. Serangan jantung dan Henti jantung adalah dua hal yang berbeda.
Serangan jantung dapat menyebabkan Henti jantung, namun tidak sebaliknya.
Tujuan dari adanya
pelatihan CPR dan AED adalah untuk belajar menunda kematian jaringan dan
memperpanjang waktu agar dapat dilakukan tindakan resustasi yang tepat dan
cepat tanpa merusak organ penting. Selain itu juga dalam pelatihan kita
diajarkan untuk memahami keahlian dasar penggunaan AED dan prosedur defibrilasi.
AED adalah alat portable yang berfungsi mengoreksi ritme jantung yang tidak
normal. Penggunaan AED berfungsi untuk mengatur ulang irama jantung dengan
pemberian kejutan listrik kepada jantung yang bergetar.
![]() |
Simulasi CPR & AED - doc.pribadi |
3C:
CEK, CALL, CPR
Saat CPR standarnya kita harus memberikan pertolongan pertama sebanyak minimal 5 siklus (1 siklus: 30 kali cpr dan 2 kali bantuan nafas) sampai korban kembali bernafas. Jika sebelum 5 siklus korban sudah menunjukkan reaksi seperti wajah meringis karena kesakitan maka kita harus berhenti melakukan cpr. Jika sebelum 5 siklus ada muntah maka kita harus segera miringkan tubuh korban dan membersihkan sisa muntahan lalu melanjutkan kembali CPR sampai korban kembali bernafas dan sampai bantuan tim medis datang. Jangan lupa untuk mengingat yang sudah kita lakukan saat pertolongan pertama untuk keterangan dan juga mencoba kumpulkan data korban dari orang sekitar. Hal ini diperlukan oleh tim medis yang akan segera menangani.
CPR pada orang dewasa dilakukan
dengan 2 tangan, CPR pada anak dilakukan dengan 1 tangan dan pada bayi hanya
menggunakan 2 jari. Jika ada 2 first
aider bisa bergantian melakukan CPR dan kepada bayi dengan 2 first aider kompresi bisa dilakukan
dengan skema 15 kali CPR dan 2 kali bantuan nafas.
Hanya first aider yang bersertifikat yang
boleh melakukan CPR di lapangan. Sertifikasi diperlukan agar first aider memiliki kekuatan hukum saat
melakukan pertolongan pertama. Untuk mendapatkan sertifikasi harus melalui
ujian praktek dan ujian tertulis. Itu sempat kujalani saat melakukan pelatihan
yang nantinya sertifikat akan dikirimkan. Semoga aku bisa lulus sertifikasi dan
berguna ilmunya di lapangan untuk menyelamatkan orang. Terima kasih Philips.
–RGP-
Aku belum pernah ikut ginian, kmren hampir mau, tapi waktunya gak pas. Next aku join yak hehehe. Pengen belajar juga soalnya. Hehehe
ReplyDeleteYach nyesel dech ga ikut, bermanfaat bgt untuk menolong orang lain.
DeleteSemoga Philips ngadain lagi ya
This is my first time i visit here. I found so many interesting stuff in your blog especially its discussion. From the tons of comments on your articles, I guess I am not the only one having all the enjoyment here! keep up the good work Organic Skin Care
ReplyDelete